My Blog

This is my blog, which contains the outpouring of my heart and my life story that I experienced..

Sunday, June 5, 2011

di Balik Kehidupan Sang Bunga Trotoar



Sukses Berkarir Walaupun Menerima Banyak Cemooh




           Seorang pria yang sangat cerdas dan memiliki tubuh yang ramping namun memiliki kepribadian yang tidak biasa di miliki oleh kebanyakan pria normal. Pria yang menjadi seorang waria ini setiap malam “mangkal” dengan teman-teman warianya menunggu pelanggan datang. Tempat mereka biasa mereka mangkal adalah di Jln. Limau, dengan penampilannya yang cantik, seksi, wangi dan pakaiannya yang minim itu mereka selalu memberikan pelayanan khusus kepada pelanggannya.
Veni (nama gaul) waria  yang berumur 40 tahun ini adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Waria ini menjalankan kegiatan malamnya untuk berkumpul dengan teman-teman waria. Walaupun banyaknya cemoohan dan sindiran dari masayarakat, ia tetap bertahan pada kehidupan yang ia jalani.

          Pria yang sudah sepuluh tahun menggeluti dunia malam sebagai waria ini memiliki sebuah salon yang  bernama di daerah Pramuka. “Ancen Salon” di Jln Delima merupakan tempat veni bekerja, dan tidak hanya hanya di situ saja ia bekerja, ia juga ikut dengan orang sebagai pegawai salon dan juga menerima kerja panggilan sebagai perias pengantin.
Acen Salon tersebut merupakan  usaha bersama temannya yang juga seorang waria berketurunan China, Belanda dan Jawa.  Pria yang mengawali pendidikan SD dan SMP di Lampung dan kemudian melanjutkan ke SMA di Bandung hingga melanjutkan Strata 1 di STMIK Guna Dharma Depok Jln. Margonda Raya dan menamatkan Master Pendidikan Strata 2 di Coolangatta, Quensland, Lismore New South Wales. Pria ini sangat senang dan nyaman dengan kehidupannya menjadi seorang waria. Karena kehidupan malam sebagai waria adalah hobinya, sebagai ajang kumpul teman dan juga sebagai mencarai tambahan.
Sisi lain dari pria ini selain menjadi waria di malam hari yang merupakan hobinya untuk mencari pelanggan, sebagai pemilik salon, ia juga merupakan aktifis dalam organisasi yang peduli terhadap kesehatan terutama HIV/AIDS organisasi tersebut adalah  KPA (Komisi Penanggulangan AIDS), pernah bekerja di salah satu perusahaan di Samarinda menjadi accounting analized, menguasai komputer  dan juga sebagai Dewan Penasihat dalam Organisasi PEWARSA (Perserikatan Waria Samarinda).


Menjalani kehidupan  menjadi seorang waria bukanlah keinginannya sendiri. Pro, kontra dan cemoohan dari tetangga ia jalani dengan baik dan dengan apa adanya. Ia menyadari akan keadannya yang memang adalah seorang waria. “pro dan kontra dalam masyarakat itu pasti ada, dan kita juga mahkluk sosial, selama tidak mengganggu ketertiban umum, ketertiban sosial, dan ketertiban agama saya it's ok, kita juga punya hak untuk bahagia, berhak menjalani kehidupan, fitrah saya memang laki-laki, tapi inilah pilihan saya, setiap orang  punya pandangan masing-masing, ada yang negatif dan positif, dan itu terserah mereka memandangnya, we happy life".  Kata waria yang selalu berpenampilan seksi.
Veni merasakan  perubahan yang ada dalam dirinya pada saat akhir baligh. Ketertarikannya pada pria pun sangat kuat, hingga ia menjadi waria sekarang ini. “kita tidak memiliki apa yg dimiliki kebanyakan pria lain. we are not normal”. Ungkap waria yang mahir berbahasa inggris.
Kendala yang biasa mereka hadapi dalam kehidupan malam adalah razia yang di lakukan oleh Satpol PP, terkadang juga mereka di jahati oleh para pelanggan mereka sendiri seperti di ambilnya duit mereka, dan kendala yang paling sering mereka alami adalah mereka sering di lempari air kencing oleh anak-anak muda yang yang suka balapan motor di malam hari.
Terbesit dalam hati veni untuk memiliki keluarga yang normal, menikah, memiliki seorang anak itu ada. Namun untuk melakukan hal itu sangat sulit untuk ia lakukan. “setiap orang boleh  punya mimpi dan niat, tapi lingkungan kami tidak mendukung. Kita tidak bicara pada fisik, tapi psikis, hati, dan jiwa. Kami ini wanita-wanita yang terjebak di jasad pria. Hati kita perempuan, pola kita, kesukaan kita, hormon kita, kemauan kita, dan orientasi seksual  kita sama laki-laki, tetapi raga kita ada di laki-laki, soo must go on”. Katanya sambil tersenyum. dan ia pun menuturkan tentang respon orang tuanya mengenai berubahnya ia menjadi sorang waria hingga sekarang.
“genetik dan orang tua tidak salah, genetik kita tidak mungkin di lahirkan hemaprodit, sementara yang lain man and women, hormon kita banyak di perempuan, orang tua tidak masalah, orang tua punya hati, dia darah dagingku, whatever, you are my child, dan orang tua pun sudah membri tahu mengenai dosa dan tanggung jawab,  tetapi dalam hal ini  tidak ada yg salah, tapi yang salah adalah kita, kita yang memilih untuk hidup seperti ini”.
Motif veni dalam menjalani kehidupan malam di “pangkalan" sebagai waria tidak hanya mencari kepuasan seks dan mencari uang tambahan, tetapi ia juga  mempunyai misi kesehatan yaitu mengawasi “anak-anak”. “saya bukan hanya mencari uang semata, tapi kalau ada pria yang mau dan saya suka terus di bayar, why not. saya di pangkalan juga membawa misi untuk knowledge teman-teman waria tentang isu HIV/AIDS, misi itu yang penting bagi saya, malah pria itu bonus bagi saya”. ujarnya sambil tersenyum lebar.
Aktivis yang aktif dalam organisasi waria ini tidak hanya memberikan pengetahuan tentang HIV/AIDS kepada teman-teman warianya, tetapi juga kepada para pelanggan yang memboking mereka bahwa betapa pentingnya menggunakan kondom saat berhubungan seks. veni yang biasa di sapa ini tidak hanya menggeluti  hobinya di dunia malam sebagai waria, tetapi ia juga turut aktif dalam dunia pendidikan terutama mengkampanyekan tentang HIV/AIDS, dan ia juga pernah mengajar Table Manner di salah satu perguruan tinggi.




No comments:

Post a Comment